JAKARTA,
KOMPAS.com – Menjawab rasa penasaran banyak pihak, Manohara Odelia
Pinot (17) akhirnya memperlihatkan luka sayatan dan luka bakar yang
diklaimnya sebagai akibat kekerasan yang dilakukan suaminya, Tengku
Muhammad Fakhry, putra Raja Kelantan, Malaysia itu.
Mano–begitu
disapa–memperlihatkan luka akibat penganiayaan itu melalui sejumlah
foto, yang tersimpan di telepon selulernya kepada wartawan di kantor
Hotman Paris di gedung Summitmas 1, lantai 18, Sudirman, Jakarta, Senin
(8/6) malam.
“Ini
baru luka yang ringan karena Mano merasa sisanya terlalu terbuka sekali
untuk diperlihatkan dan Mano tidak comfortable with it,” aku Manohara
separuh berbahasa Inggris, merujuk luka sayatan benda tajam berbentuk
zig-zag di sekitar buah dadanya.
Menanggapi
ucapan Mano, kuasa hukumnya Hotman Paris lantas menandaskan, “ini
sangat mengerikan. Itu baru yang paling ringan. Saya saja hampir
mengeluarkan air mata begitu melihat lukanya,” tandasnya.
Sementara
itu, dokter ahli forensik RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Abdul
Mun’im Idries menerangkan hasil visumnya menunjukan bahwa Manohara telah
mengalami kekerasan tingkat derajat dua, yakni sebuah kekerasan dengan
meninggalkan luka serius tingkat menengah.
Dari
hasil visum tersebut, Mun’im Idries menemukan beberapa luka sayatan
dengan berbentuk zig-zag di daerah sekitar buah dada, paha, dan sebuah
luka titik di punggung akibat tusukan jarum suntik. “Semua luka yang ada
termasuk derajat dua, kalau derajat satu itu penganiyayaan ringan. Tadi
(Senin sore) saya sudah mengambil sample darah dan urine,” tambahnya.
Berdasarkan
hasil visum tersebut, lanjut Mun’im, sudah bisa dijadikan alat bukti
untuk mempidanakan Fakhry. “Kata Mano karena ini sudah dilakukan
(Fakhry) beberapa bulan yang lalu, maka ini termasuk menengah dan
pelakunya bisa ditangkap,” tegas pria setengah baya itu.
Pernyataan
yang disampaikan Munim tersebut, ditegaskan Hotman Paris Hutapea, bahwa
kliennya Manohara dan ibunya, Daisy Fajarina, tidak melakukan
pembohongan publik sebagaimana dituduhkan belakangan ini. “Jadi dia
(Manohara) tidak berbohong sama sekali bahwa dia mengalami
siksaan-siksaan saat orang biadab itu (Fahry) menikmati tubuhnya sambil
disayat-sayat,” tandas Hotman.
Diakui
Manohara siksaan-siksaan tersebut diterimanya sejak sepulang usai
menjalankan umroh, pada Maret 2009. “Pernikahan saat Agustus 2008\, tapi
kekerasan dimulai setelah kembali dari Jeddah, Maret 2009. Itu yang
dibakar, tapi kalau yang dipotong-potong (disayat-red) mulainya April
2009,” beber Manohara.
Selain
kekerasan fisik, Manohara juga mengaku kerap mendera kekerasan batin
seperti ucapan kasar Fakhry yang terpaksa harus ditelannya
mentah-mentah. “Sesudah kawin itu langsung kasar omongannya. Dia bilang
semua wanita Indonesia bisa dibeli,” ucap Manohara bernada lirih.
(C7-09/EH)