Waktu
jalan-jalan di pameran buku, saya melihat sepintas buku setebel 3 cm-an
berjudul WHY MEN LIKE BITCHERS. Judulnya sudah berbicara dengan sangat
keras dan jelas. Mengapa para pria pada suka pelacur? Yang jelas artinya
bukan suami-suami pada suka melacur beneran, tapi suami-suami suka
isteri-isteri yang memperlakukan mereka seperti pelacur memperlakukan
client mereka. Mereka diperlakukan dengan istimewa seperti seorang tamu,
dilayani dengan segenap hati, sekuat tenaga disertai kegairahan,
memenuhi kebutuhan, selalu stand by, melayani sesuai permintaan, tidak
pernah mengeluh.
Saya
nggak perlu baca isinya, tapi saya yakin judul itu akan sangat menolong
para isteri-isteri! If I were a wife, I'll definitely buy that book!
Beneran, kalau saya seorang isteri saya harus beli buku itu, saya rasa
itu harus jadi buku panduan para isteri untuk belajar gimana "jadi
pelacur" untuk suami mereka (jika isteri-isteri sadar akan kekurangan
mereka, keteledoran mereka dalam melayani suami, kekurang-pedulian
mereka terhadap perasaan dan keinginan suami mereka, dan jika para
isteri ini mau mengubah keadaan pernikahan mereka yang sudah pada
hambar).
Coba
lihat penampilan pelacur, mereka bersolek, pake baju minim, pake parfum
"keterlaluan" wangi, seksi, mempesona, menggairahkan, genit, menggoda!
Lalu si pria yang diperlakukan begitu tentunya nggak mau cepet-cepet
ilang kesempatan, jadi dinikmati sepuasnya, maunya disenangkan
lama-lama, nggak mau rugi, bo.
Banyak
isteri-isteri yang mengeluh kepada saya katanya suami mereka menurutnya
udah nggak cinta lagi, mereka merasa diperlakukan seperti sex-doll aja
atau sex-slave. Kalau "main" maunya cepet-cepet, kalau "ngajak" suka
buru-buru atau quicky, kalau udah "gituan" langsung mendengkur.
Nah,
gantian pria-pria juga memberikan jawabannya, katanya justru isteri
mereka yang nggak ngertiin mereka, tiap-tiap harinya mukanya cemberut
dan sikapnya nggak manis, kalau pas "main" nggak pernah mengeluarkan
perkataan yang membangkitkan; kalau "gituan" nggak mesra, nggak
romantis, nggak ekspresif. Pake daster melulu, nggak berdandan menarik,
wangi, atau menggairahkan.
Hari-harinya
cuman ngurus pekerjaan dan anak melulu tanpa menjadikan suami mereka
figur istimewa yang dibutuhkan, dilayani dengan sepenuh hati. Melayani
cuman karena memenuhi keinginan suami, setengah hati, ogah-ogahan,
maunya cepet selesai. Masih disertai mulutnya yang kalau nyemprot
pedesnya sampai nusuk ke tulang-tulang, sehingga mematikan gairah seks
pria. Jadi akhirnya sang suami-suami ini juga tidak merasakan kenyamanan
dalam berhubungan. Para isteri pikir suami mereka nggak punya perasaan,
sehingga kalau ngomong asal keluar, nggak dipikir, sehingga terbawa
juga sampai dalam ati dan perasaan pahitnya terbawa sampai di ranjang.
Akhirnya
para pasangan-pasangan ini merasa hambar dalam menjalani kehidupan
berumah tangga. Mereka saling bertanya dalam hati: "Dimanakah romantika
cinta itu?" "Apakah aku telah menikahi orang yang salah?" "Apakah Tuhan
sebenarnya sudah mempersiapkan orang lain untuk menikahiku?" "Apakah aku
harus bercerai?"
Pertanyaan-pertanyaan
seperti ini sering diajukan oleh pasangan-pasangan saat mereka masuk
dalam gejolak rumah tangga, saat romantika bercinta kelihatannya sudah
padam dan tidak mungkin dibangkitkan kembali.
Anda
tidak menikahi orang yang salah! Coba ingat bagaimana Anda meluap-luap
dengan perasaan cinta yang membara, bagaimana Anda tidak peduli dengan
larangan orang tua, bagaimana tiap hari Anda tidak sabar untuk berkencan
dengannya, tidak tahan ingin menggandeng tangannya, tidak sabar menanti
hari pernikahan, tidak sabar menanti para tamu undangan pulang ke rumah
mereka agar Anda masuk ke dunia fantasi hanya berdua dengannya tidak
ada yang lain?
Kemudian
datanglah rutinitas rumah tangga yang mengambil keintiman kalian
berdua. Seharusnya Anda harus "waspada" dengan kehadiran anak-anak dan
urusan dengan mereka sehari-hari, waspada terhadap aktivitas rumah
tangga yang menyita jam-jam keintiman Anda, pekerjaan yang menyita,
kebutuhan uang yang tidak lebih penting daripada keintiman berdua,
kebiasaan kenyamanan berdua yang seharusnya dipertahankan agar tidak
menjadi suatu kebiasaan rutin yang membosankan.
Pernikahan
membutuhkan ekstra pekerjaan! Jika Anda ingin mendapatkan kepuasan
istimewa dari suatu hubungan, Anda harus mengerjakannya dengan baik
pula. Sebagaimana Anda ingin menjadi sukses di dunia bisnis, Anda akan
melakukan segalanya untuk mencapai target itu dengan segenap kekuatan
Anda, mendobrak halangan-halangan yang menghadang, menyingkirkan
waktu-waktu lain yang tidak terlalu berharga dibanding dengan
kesuksesan, dan berjuang melakukan segalanya agar cita-cita Anda yang
satu ini dapat diraih.
Apalagi
jika Anda ingin memperoleh pernikahan "five star", Anda harus
menyajikan menu high class, membuat tempat tidur berkelas hotel bintang
lima, menyajikan service yang memuaskan dan menghormati client Anda
selayaknya yang patut diterima oleh seorang yang datang dengan
mengharapkan pelayanan high class. Jika Anda menyediakan menu five star,
maka Anda layak mendapatkan upah yang seimbang, yaitu pernikahan five
star!
Isteri-isteri,
jangan lupa, "be a bitch" for your husband!" Jangan takut ditertawakan,
jangan takut memulainya, jangan malu menyatakannya, jangan malu untuk
menggodanya, jangan gengsi untuk melayaninya, lakukanlah lebih baik
daripada sebelumnya. Anda segera akan mendapatkan tip tinggi dan
"client" Anda akan suka berkunjung dan menjadi pelanggan tetap di
"hotel" Anda.